jolenan budaya purworejo

Selasa, 17 Desember 2013


Jolenan merupakan pesta rakyat masyarakat Desa Somongari, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo. Tradisi Jolenan atau Saparan tersebut merupakan ungkapan rasa syukur kepada Tuhan yang telah melimpahkan hasil pertanian yang melimpah. Tradisi Jolenan dilaksanakan dua tahun sekali. Tahun ini, Jolenan dilaksanakan Selasa (10/12). Upacara adat Jolenan tak bisa dilepaskan dari asal mula Desa Somongari sendiri. Dari cerita turun temurun menyebutkan, dahulu ada seorang pendatang dari Mataram yang bernama Singonegara atau dikenal dengan nama mBah Beruk atau juga dikenal dengan nama mBah Kedana-Kedini. Dalam pengembaraanya, Mbah Beruk tiba di lereng perbukitan Menoreh bagian barat. Merasa cock dengan daerah itu, kemudian Mbah beruk membuka hutan dan menetap di tempat tersebut.

Lambat laun daerah tersebut berkembang menjadi pemukiman yang ramai. Singonegara kemudian menikahi putri dari salah satu warga di daerah itu, pernikahannya dilaksanakan pada hari Soma dari Bahasa Sanskerta yang berarti Senin. Karena Singonegara menjadi sesepuh serta dianggap sebagai cikal bakal daerah tersebut, maka daerah itu disebut Desa Somongari. Pemberian nama tersebut untuk menghormati dan mengenang jasa-jasa Mbah Beruk.

Desa Somongari merupakan daerah yang berbukit-bukit cukup terjal, satu pemukiman dengan pemukiman lain berjarak cukup jauh, karena kondisi geografis yang demikian, maka Singonegoro berinisiatif mengadakan suatu upacara bersama untuk menyatukan warga yang tinggal saling berjauhan. Untuk memulai gagasannya, Singonegoro membawa sepasang ledhek beserta iringan gamelan keliling ke daerah-daerah yang berjauhan itu, warga diajak mensyukuri hasil bumi yang cukup baik dari daerah ini. Setelah berkeliling memberi pengertian tentang rasa syukur,  kemudian Singonegara berupaya menyatukan rasa syukur dari desa-desa yang ada dan disatukan pada hari Selasa Wage pada bulan Sapar. Munculah tradisi ini setiap tahun pada hari Selasa Wage bulan Sapar dan berkembang hingga sekarang.

Pada perkembangannya upacara ini kemudian lebih dikenal dengan upacara Jolenan, karena sesaji yang dibawa warga ditempatkan pada jolen. Jolen dibuat dari batang pohon dan daun aren. Tradisi ini dari tahun ke tahun sampai sekarang selalu dilaksanakan,  dan sekarang dikenal dengan nama Jolenan Somongari. Jolenan juga disebut berasal dari kata dasar jolen, kependekan dari kata aja kelalen (bahasa jawa), atau jangan lupa. Kata ini mengandung makna mengingatkan kepada masyarakat Desa Somogari agar tidak lupa terhadap Tuhan pencipta alam, dan para leluhurnya yang telah berusaha mendirikan desanya.

Upacara Adat Jolenan Somongari, merupakan salah satu bentuk produk budaya lokal di wilayah Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah yang sampai sekarang masih tetap dilaksanakan oleh masyarakat pendukungnya. Upacara adat ini dilaksanakan setiap 2 tahun sekali dengan perhitungan kalender Jawa, dan jatuh pada hari Selasa Wage bulan Sapar. Tujuannya sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Pencipta atas segala rakhmat yang telah dilimpahkan-Nya. Kelestarian upacara adat ini tidak lepas dari para pendukungya yang masih merasakan bahwa upacara adat ini masih mempunyai peranan dalam kehidupannya. Bagi masyarakat umum di Desa Somongari dengan dilaksanakan upacara adat ini sangat membantu dalam menjaga persatuan dan kegotorongroyongan diantara mereka.

Jalannya upacara dimulai dengan setiap rukun tetangga membuat 2 buah jolen, kemudian pada hari puncak upacara jolen tersebut dibawa ke Balai Desa Somongari untuk di arak keliling desa dan selanjutnya dipakai sebagai sesaji selamatan yang dilaksanakan di halaman makam mbah Beruk atau Kedana-kedini yang merupakan cikal-bakal desa tersebut.

0 komentar:

Posting Komentar